Drama Bertema Sekolah dan Kenyataan
Tema sekolah dalam drama sekolah
memang selalu menggiurkan untuk ditonton, terutama bagi saya. Maka tidak heran,
beberapa drama yang bertema sekolah sering saya utamakan untuk ditonton. Entah efek
apa yang saya alami. Mungkin karena saya berprofesi menjadi guru. Maka dari itu
tujuan untuk menonton drama bertema sekolah adalah untuk mencari sebuah
refrensi. Benarkah? Tidak pasti. Sebab, beberapa drama bertema sekolah, contoh
saja School 2013, School 2015, ada banyak hal yang membuat saya sedikit sakit
hati. Apa itu? Itu terkait dengan pembullyan yang begitu sadis.
image source |
Jujur, saya tidak suka jika
pembullyan terlalu sadis di sekolah. Bukan, maksud saya, apa pun bentuknya,
saya memang tidak suka tentang pembullyan di sekolah. Namun, drama yang saya
sebutkan di atas benar-benar membuat saya merinding. Pembullyan yang dilakukan
di masa sekolah seperti itu sangatlah sadis. Walau pada dasarnya, inti dari
semuanya adalah pemberontakan masa remaja terhadap lingkungannya; keluarga,
dan sekitarnya.
Baca juga: Sulitnya Mengarahkan Siswa.
Walau pun demikian, sekarang,
saya kembali lagi menyaksikan drama baru yang berjudul School 2017. Temanya jelas
sama dengan yang di atas. Ini juga menjadi kelanjutan dari drama ini. Walau kelanjutan bukan berarti ceritanya sama. Ini ceritanya jelas-jelas berbeda. Untuk
School 2017 ini, menurut saya lebih saya sukai ketimbang sebelumnya. Sebab,
pembullyan di sini tidak begitu sadis. Jadi, saat saya menontonnya, saya tidak
begitu sakit hati.
Drama School 2017 ini, sebenarnya
juga tidak jauh berbeda dengan drama sebelumnya. Yang pastinya, ceritanya tidak
akan ada di sekitar sekolah saya. Ya, wajar, karena ini drama bukan
kenyataan Saya mengatakan seperti itu sebenarnya tidak 100%. Mungkin ada,
tapi ada bagian yang tidak mungkin ada. Apa saja itu?
Berusaha memiliki nilai tinggi
Huh, biarkan saya membuang napas
terlebih dahulu. Membicarakan nilai berarti membicarakan tentang sbeuah
persaingan. Di sekolah tempat saya mengajar, tidak ada yang begitu sensitif
terhadap nilai. Mereka lebih condong berkata seperti ini, “Biarkan saja”. Jadi,
dalam keseharian, mereka lebih senang melihat nilai mereka apa adanya ketimbang
mempermasalahkannya. Apa penyebabnya? Banyak hal. Bahkan, dalam situasi ini,
siswa yang memiliki kemampuan lebih justeru lebih terpengaruh karena memang
tidak ada persaingan sama sekali.
Belajar mati-matian
Hmm... rasanya mimpi ketika ada
siswa seperti ini. Sebenarnya saya berharap ada siswa seperti ini. Apalagi
sekarang siswa sudah memiliki fasilitas yang memadai. Buku paket, buka refresni
lainnya, guru yang selalu memotivasi mereka, namun kenyataanya? Ya begitulah. Lebih
enak hanya sekedar mendengarkan. Bel keluar, keluar. Bel pulang, pulang. Jadi,
melihat seperti ini, apa guru berdiam saja? Tidak. Ada banyak aktivitas yang
dilakukan guru supaya mereka terdorong untuk belajar, namun nyatanya? Ya,
mungkin hanya segelintir siswa, sisanya? Entahlah. Antara mau bersyukur atau
tidak?
Apalagi, ya? Sepertinya saya
bingung untuk melanjutkan tulisan ini. Intinya, ini mungkin bedanya negara maju
dan berkembang. Di sini juga ada bedanya, drama Korea bertema sekolah lebih
menonjolkan tentang persaingan di sekolah dan belajarnya. Sedangkan Indonesia,
lebih menonjolkan tentang percintaan yang menyebabkan siswa lainnya juga ikut
dalam hal ini. Huh, bisa saya katakan, siswa saya juga terkena efeknya. Mereka lebih
mementingkan pacaran ketimbang pelajaran. Sedihkah? Entahlah. Yang ada, motivasi
dari saya dan guru-guru lain terasa sia-sia. Tidak ada efeknya sama sekali.
Benarkah sia-sai? Entahlah. Yang
pasti, sebagai guru selalu berharap sebuah hidayah datang kepeda siswanya. Entah
kapan. Yang pasti, sebuah motivasi itu tetap terlontarkan.
Baiklah. Postingan ini saya tutup
dengan keadaan bingung, kira-kira judul untuk postingan ini apa, ya? Berapa
kali saya pikirkan belum ada yang muncul. Jadi, jika judul postingan di atas
ada, itu murni saya berpikir keras dulu untuk menulisnya. Oke! Salam hangat.
Drama Bertema Sekolah dan Kenyataan
Reviewed by CerGur
on
Minggu, Desember 17, 2017
Rating: 5